Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo merespons laporan Bank Dunia yang menyatakan bahwa harga beras Indonesia termahal se-ASEAN. Syahrul meminta data tersebut untuk dicermati lebih lanjut, termasuk kapan data tersebut diambil.
“Dia (Bank Dunia) ngambil sampel apa? Data FAO kita punya beras termasuk kedua termurah di Asia Tenggara,” kata Mentan Syahrul saat ditemui di acara Outlook Ekonomi Indonesia 2023, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Mentan menyampaikan, hasil laporan Bank Dunia sangat bergantung pada waktu pengambilan sampel. “Karena itu, sampel itu diambil pada bulan apa? Jangan sampai diambil pada musim di mana memang musim tanam, bukan musim panen. Akan berbeda angka-angka itu, jadi saya kira ini perlu ada klarifikasi-klarifikasi,” kata Mentan Syahrul
Sementara Mentan di kesempatan sebelumnya juga menyampaikan, pada bulan November sampai dengan Desember, mayoritas petani sedang menanam padi. Karena bukan masa panen, maka harga beras akan cenderung naik.
”Namun saya pastikan, harga beras kita tidak pernah di atas HET (harga eceran tertinggi). Bahkan harga beras kita kedua terendah se-ASEAN,” ungkapnya.
Terkait produksi beras nasional, Mentan menegaskan pihaknya menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menjadi rujukan produksi beras nasional. Menurutnya, BPS sudah merilis data bahwa produksi beras nasional masih mencukupi kebutuhan dalam negeri.
”Produksi beras kita sangat optimal sesuai dengan perencanaan. Saat ini luas lahan panen kita di atas 10 juta hektare, dan produksinya sangat maksimal,” ungkap Syahrul.
Mengutip data BPS, produksi tahun 2022 diprediksi akan mencapai 32,07 juta ton. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebanyak 718.030 ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi beras pada 2021 dengan capaian 31,36 juta ton.
”Jadi kalau kita lihat data BPS, produksi beras aman, stoknya juga aman,” tegas Syahrul.