PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menargetkan kredit untuk segmen mikro dan ultra mikro tumbuh 8% di tahun 2023. Proyeksi tersebut telah menyesuaikan ramalan transmisi krisis global dan kondisi usaha mikro dan ultra mikro yang teruji tangguh.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyampaikan, kredit untuk segmen mikro dan ultra mikro masih akan tetap tumbuh di tahun ini seiring dengan sejumlah faktor. Pemulihan ekonomi yang telah terjadi bahkan lebih cepat direspons akan permintaan kredit di segmen kecil dan menengah.
“Kemudian memang ada potensi transmisi dari krisis global itu 3%, kalaupun pertumbuhannya turun itu tidak signifikan hanya 3% dari pertumbuhan tahun lalu. Kalau tahun lalu 10%, mungkin (2023) masih bisa tumbuh-lah sekitar 8%. Jadi masih ada ruang pertumbuhan,” beber Supari dalam BRI Microfinance Outlook 2023.
Supari mengatakan, saat ini kondisi UMKM khususnya segmen mikro dan ultra mikro telah cukup tangguh. Tercermin mayoritas dari mereka yang berhasil melewati krisis pandemi Covid-19 hampir tiga tahun.
“Saya punya data, dari sejak Maret 2020 atau awal Indonesia memasuki krisis pandemi Covid-19 sampai dengan Desember 2022, jumlah disbursement kredit mikro itu tidak kurang dari Rp 790 triliun untuk 22 juta pelaku usaha mikro dan ultra mikro,” kata Supari.
Menurut dia, tentu nilai itu jumlah yang tidak kecil. Ketahanan UMKM terhadap krisis pandemi Covid-19 juga dibuktikan dengan tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level 1,01%. UMKM Indonesia semakin tangguh dan berubah dengan menemukan titik efisiensi.
“Contohnya, dulu banyak produk tapi pandemi menggiring dia untuk jualan satu-dua produk saja yang paling efisien untuk mereka. Dulu, kalau ada bahan baku naik, mereka tetap berjualan dengan menaikkan harga atau mengurangi kemasan. Sekarang dia sudah punya cara menyikapi itu, beberapa pengusaha menyampikan kepada saya kalau ini (bahan baku) naik, mereka lebih baik berhenti berusaha sementara waktu,” terang Supari.