Pacu Jalur tradisional Kuantan Singingi dinobatkan sebagai pariwisata terpopuler di Indonesia di ajang Anugerah Pesona Indonesi (API). Penyerahan piala API dari Kementrian Pariwisata ini diterima langsung oleh Bupati Kuantan Singingi Drs H Mursini, M.Si Sabtu malam (25/11) di Jakarta.
Penyerahan piala API ini, menurut keterangan Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuantan Singingi Marwan, S.Pd, MM, informasi yang diterima pihaknya dari penyelenggara kegiatan, penyerahan piala API tersebut semula memang akan disiarkan langsung oleh saluran televisi Metro TV, akan tetapi dari informasi terakhir yang diperolehnya dari pihak panitia penyelenggara hanya siaran tunda di Metro TV yang akan ditayangkan pada tanggal 4 Desember 2017. Namun untuk siaran langsungnya dapat ditonton melalui beberapa akun instagram penyelenggara di @apiaward.
“Semula kita mendapat informasi dari panitia memang penyerahan piala API ini akan disiarkan langsung oleh Metro TV akan tetapi informasi terakhir yang kami peroleh dari panitia hanya disiarkan melalui siaran tunda yang acaranya juga langsung dilaksanakan di Metro TV,” ujar Marwan didampingi KadisKominfos Ir H Samsir Alam, MM menjelaskan sekaligus meluruskan informasi terkait penyerahan piala API yang akan diterima Bupati KuansingMursinidimana semula diinformasikan akan ditayangkan secara langsung melalui Metro TV.
Keberhasilan Pacu Jalur Tradisional Kuansing meraih penghargaan ini di sambut dengan antusias tidak hanya oleh Bupati Kuantan Singingi Mursini dan jajaran Pemerintah Kabupaten Kuansing saja melainkan juga seluruh masyarakat Kuansing bahkan Provinsi Riau. Karena atas keberhasilan ini telah mengharumkan nama Kuansing dan Riau umumnya di Indonesia.
“Apa lagi slogan kita sekarang adalah pacu jalur menyapa dunia,” kata Bupati KuansingMursini sebelum menerima penghargaan tersebut Sabtu pagi (25/11) di Jakarta. Bupati mengatakan banyak pihak yang telah berjasa atas raihan pacu jalur tradisional Kuansing meraih piala API ini. Selain Pemkab Kuansing yang terus menyosialisasikannya kepada masyarakat di setiap kali kesempatan, IPJKS juga turut andil mendukung memberikan dukungan dengan cara mengajak masyarakat untuk mengirim sms dengan cara ketik API (spasi) 8F kirim ke 99386.
“Saya atas nama Pemkab Kuansing mengucapkan terima kasih kepada seluruh lapisan masyarakat yang sudah memberikan dukungan sehingga pacu jalur tradisional Kuansing berhasil meraih prosentasepolling tertinggi dengan raihan angka mencapai 48, 7 % sehingga meraih nilai tertinggi dan mengalahkan pesaing-pesaing lainnya dan berhasil mendapatkan penghargaan sebagai festival pariwisata terpopuler di Indonesia.
Sementara itu Sekda Kuansing Sekda Muharlius, MM didampingi Kabag Humas dan Protokoler Kuansing Drs.Muradi, M,Si menambahkan, piala API yang didiraih ini yang dibawa bupati dan rombongan sesampainya di Kuansing akan disambut oleh berbagai elemen masyarakat dan pemangku adat dari perwakilan setiap kecamatan.
Acara penyambutan dimulai dari pintu gerbang Jake kemudian diarak keliling kota Teluk Kuantan dan berakhir di Taman Jalur Teluk Kuantan. Untuk lebih semaraknya acara ini di lokasi taman jalur telah dikondisikan acara hiburan rakyat dan makanan khas Kuansing seperti Konji Barayak.
Festival Pacu Jalur menjadi salah satu bagian dari 110 event dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2023. Berlangsung selama 4 hari, Festival Pacu Jalur sukses menarik perhatian masyarakat Indonesia, dan menjadi topik hangat di media sosial. Tak hanya karena seru, popularitas Festival Pacu Jalur melejit berkat aksi penari cilik yang asyik joget di atas perahu.
Bagi Sobat Parekraf yang belum tahu, Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Perlombaan mendayung ini menggunakan perahu dari kayu gelondongan, alias kayu utuh tanpa sambungan. Oleh masyarakat Riau, perahu tersebut dikenal dengan nama “jalur”.
Festival Pacu Jalur masuk dalam kalender pariwisata yang diadakan oleh masyarakat Kuansing. Tahun ini, event tradisional yang juga dikenal sebagai pesta rakyat ini sukses digelar pada 23-27 Agustus 2023, dan diikuti 193 jalur yang berasal dari Kabupaten Kuansing, serta berbagai Kabupaten lainnya yang berada di Riau.
Menggabungkan unsur olahraga dan seni yang sangat indah, tidak heran jika Festival Pacu Jalur menjadi salah satu festival budaya terbaik di Indonesia yang sukses menarik perhatian wisatawan. Menurut data dari Provinsi Riau, Festival Pacu Jalur berhasil menarik kunjungan 1,3 juta orang.
Mengenal Lebih dalam “Pacu Jalur”
Pacu Jalur merupakan tradisi budaya turun-temurun yang diwariskan lebih dari 100 tahun oleh nenek moyang masyarakat Kuansing. Pada abad ke-17, jalur hanya digunakan sebagai alat transportasi bagi masyarakat yang tinggal sepanjang aliran Sungai Kuantan.
Seiring berjalannya waktu, jalur-jalur yang digunakan sebagai alat transportasi tersebut semakin berkembang. Baik itu muncul jalur yang dihias dengan ukiran indah dan khas, dilengkapi payu, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat khusus bagi juru mudi berdiri).
Perkembangan tersebutlah yang akhirnya “melahirkan” lomba adu cepat antar jalur, atau saat ini dikenal sebagai nama Festival Pacu Jalur. Awalnya, Pacu Jalur diselenggarakan untuk merayakan hari raya agama Islam, seperti Hari Raya Idulfitri di Riau. Namun, di masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur digunakan untuk merayakan hari jadi Ratu Wilhelmina setiap tanggal 31 Agustus.
Makna Tarian Festival Pacu Jalur
Faktanya, tradisi turun-temurun ini memiliki makna dan filosofi yang sangat mendalam. Baik itu dari segi pembuatan perahu, hingga makna di setiap gerakan sang penari saat Pacu Jalur. Ditambah lagi, pembuatan jalur tidak dilakukan sembarangan. Sebelum mengambil kayu besar, seluruh masyarakat harus melakukan ritual terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghormati dan meminta izin kepada hutan belantara saat mengambil kayu yang besar.
Satu jalur bisa menampung 50-60 orang (anak pacu), dan setiap orang di perahu memiliki tugas masing-masing. Baik itu Tukang Concang (komandan atau pemberi aba-aba), Tukang Pinggang (juru mudi), dan Tukang Onjai (pemberi irama dengan cara menggoyang-goyangkan badan), dan terakhir adalah Tukang Tari atau Anak Coki yang berada di posisi paling depan.
Menariknya, posisi Tukang Tari hampir selalu diisi oleh anak-anak. Alasannya karena anak-anak memiliki berat badan yang tergolong ringan. Dengan begitu, perahu tetap bisa melaju dengan lincah. Uniknya, gerakan yang dilakukan Anak Coki memiliki makna tersendiri. Anak Coki menari di depan jalur kalau perahu yang dikendarainya unggul. Kalau sudah sampai garis finish, Anak Coki akan langsung sujud syukur di ujung perahu.
Baca Juga : https://pikiranindonesia.com/lari-jarak-pendek-pengertian-sejarah-teknik-dasar-dan-manfaat/