Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan berada di kisaran 5,1% hingga 5,3%. Pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan menguat signifikan, sejalan dengan rem penguatan pemulihan dalam tiga kuartal pertama 2022.
“Dengan situasi ini kita lihat pertumbuhan ekonomi tahun 2022 masih akan relatif terjaga di kuartal IV. Nanti akan terekam saat disampaikan BPS (Badan Pusat Statistik),” ucap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita yang berlangsung secara virtual.
Sri Mulyani mengatakan untuk tahun 2022 indikator perekonomian domestik masih sehat dan kuat. Hal ini terlihat dari indikator indeks keyakinan konsumen di 119,1. Jika dilihat secara musiman tren konsumsi akan terus menguat hingga akhir tahun. Indikator berdasarkan Mandiri Spending Index tercatat terjadi tren kenaikan konsumsi sampai 130,8 hingga November 2022.
“Pastinya kita harapkan momentum terjaga hingga akhir tahun, di mana aktivitas menjelang akhir tahun maupun adanya libur Natal dan Tahun Baru pasti akan meningkatkan aktivitas belanja,” kata Sri Mulyani.
Indeks penjualan ritel mobil juga masih relatif sehat, di mana pertumbuhan penjualan mobil mencapai 3,7% dan sepeda motor melonjak di 26,9%. Hal ini menunjukan bahwa kelompok kelas menengah masih memiliki daya beli dan kemampuan konsumsi yang cukup sehat.
“Untuk tahun depan tren forecast ekonomi Indonesia agak lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Ini tentu karena lingkungan global yang diperkirakan akan melemah. Nanti secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia tahun depan,” tandas Sri Mulyani.
Jika melihat forecast lembaga internasional maka pertumbuhan ekonomi tahun 2022 diperkirakan akan berada di kisaran 5,2% hingga 5,4%. Beberapa di antaranya adalah IMF sebesar 5,3%, Bank Dunia sebesar 5,2%, Bank Pembangunan Asia sebesar 5,2%, Bloomberg sebesar 5,3%, serta Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi sebesar 5,3%.
“Estimasi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 antara 5,2% hingga 5,4% yang dikeluarkan berbagai proyeksi lembaga dunia,” tandas dia.
Sementara itu posisi inflasi Indonesia yang mencapai 5,42% hingga November 2022 dinilai menjadi indikator positif. Sebab pemerintah berhasil menjaga kestabilan harga barang di tengah gejolak perekonomian dunia yang terjadi. Apalagi banyak negara mengalami inflasi dengan angka besar bahkan inflasi Turki mencapai 84% dan Argentina mencapai 88%.
“Inflasi di 5,4% relatif sangat baik dibandingkan di berbagai negara yang cenderung mengalami inflasi tinggi,: pungkas Sri Mulyani.