Beranda Otomotif Tidak Sembarang Cairan Bikin Busi Kinclong, Salah-salah Malah Harus Beli Lagi

Tidak Sembarang Cairan Bikin Busi Kinclong, Salah-salah Malah Harus Beli Lagi

91
0
Tidak Sembarang Cairan Bikin Busi Kinclong, Salah-salah Malah Harus Beli Lagi
Tidak Sembarang Cairan Bikin Busi Kinclong, Salah-salah Malah Harus Beli Lagi

Membersihkan busi tidak bisa asal gosok, apalagi semprat-semprot. Setidaknya ada perhitungan material dan efektifitas pembersihannya. Niat hati ingin busi bersih dan awet, eh malah terpaksa harus beli lagi yang baru.

Ya, permasalahan itu mungkin terjadi. Potensinya besar. Makanya biarpun busi secara ukuran kecil, efek yang ditimbulkan tidak main-main. Mungkin untuk beli lagi busi bermaterial nikel, harganya tidak cukup bikin kantong bolong. Beda cerita untuk model Iridium bahkan Laser. Terlebih yang paling krusial, jaga-jaga jangan sampai salah perawatan busi kendaraan justru ngambek di tengah perjalanan.

Lantas apa yang harus dilakukan biar tidak terjadi masalah?
Pertama, tentukan dulu apa yang akan dibersihkan, sekadar merontokkan debu dan kotoran yang menempel atau sampai pada kerak karbon. Tapi perlu dipahami sedari awal dahulu kalau menyapu bersih tumpukan karbon adalah hal mustahil.

READ  Produsen Aftermarket Ini Garap Aksesori Mobil Listrik

“NGK tuh pertama apakah ngebersihin dari debu apa ngebersihin karbon. Beda. Kalau ngebersihin karbon, itu sampai kapan pun enggak bakal ilang,” ungkap Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia.

Alasannya cukup sederhana. Perubahan yang terjadi pada metal, tidak serta bisa dibersihkan dari sisi permukaannya saja. Perubahan itu bersifat permanen, menyatu padu. Jadi kalau pun dibersihkan, tidak akan mengubah struktur dasar logam itu yang sudah tercemar oleh karbon.

“Karena, ketika metal/logam terjadi reaksi kimia sama si karbon, dia akan menyatu. Kita ngebersihin bagian luarnya doang, permukaan doang. Nanti sebentar numpuk lagi,” terang Diko.

Tidak Akan Lama
Daya tahan pembersihan karbon ini pun tidak akan lama, lebih lagi kalau mesin tidak sehat. Bisa saja menyembul sisa-isa karbon berlebih dan balik lagi mengotori kepala busi.

READ  Pertamina Lubricants Luncurkan Pelumas Anti Karat Serbaguna

Oleh karenanya, pemahaman membersihkan dengan cara menggosok memakai amplas atau permukaan kasar bukan sebuah solusi signifikan. Problem akan berulang dan efeknya memangkas lama pemakaian.

“Makanya kalau ngebersihin busi misal diamplas atau segalam macam, itu paling bertahan seminggu dua minggu,” imbuh dia.

Membersihkan Kotoran
Bila urusannya hanya membersihkan kotoran yang menempel, misalkan debu atau sisa-sisa lainnya, caranya bisa dilap, disikat pakai nilon atau disemprot cairan. Proses ini terbilang sangat gampang, dan tidak membutuhkan effort besar.

“Beda lagi kalau ngebersihin busi dari kotoran. Cukup sebenarnya dilap, semprot, itu selesai,” tegas Diko.

Perhatikan betul untuk tidak menggunakan sikat kawat. Meskipun busi terbuat dari logam mulia, bukan berarti pasti akan bersih dengan cara menggunakan permukaan kasar dan bersifat mengikis. Malah bisa saja merusak elektroda.

READ  Perkenalkan Subaru Rex, Daihatsu Rocky yang Diganti Logonya

Bahkan pemilihan cairan tidak boleh asal semprot. Beberapa tipe likuid diketahui memiliki gram-gram atau logam halus. Sebagai contoh cairan WD yang tidak berfungsi sebagai pelumas, namun penetran. Benar bisa membersihkan, tapi bila urusannya dengan busi, malah akan menyebabkan kerusakan.

“Diharapkan tidak ada cairan yang mengandung metal. Contohnya WD (series) bukan pembersih busi yang bagus. Kenapa? Kalau dipegang seperti ada gram-gram, serbuk gitu. Karena dia ngekikis,” tambahnya.

Pilihan cairan paling realistis dan aman ialah brake cleaner. Ia tidak membuat efek korosi seperti air biasa, pun tanpa kandungan metal sehingga lebih efektif untuk pembersihan.

“Kalau saya sarankan break cleaner. Itu lebih soft cairannya,” tutup Diko.