Setelah dua tahun dibekukan, Tiongkok berniat membuka kembali impor batu bara Australia. Sentimen ini membuat harga saham batu bara di IHSG anjlok pada perdagangan Rabu (4/1/2022). Batu bara lokal harus bersaing ketat dengan batu bara Australia di pasar Tiongkok.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merosot 6,6% ke level Rp 155, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) turun 6,2% ke level Rp 3.300, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) minus 0,8% ke level Rp 21.125, PT Indika Energy (INDY) anjlok 4,7% ke level Rp 2.630, PT Indotambang Raya Megah Tbk (ITMG) turun 3,9% menjadi Rp 37.525, dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) turun 1,2% ke level Rp 1.625.
Sementara itu, harga saham PT United Tractors Tbk (UNTR), distributor alat berat pertambangan sekaligus kontraktor dan perusahaan tambang batu bara ambles 6,7% ke level Rp 24.150. Seiring dengan itu, indeks saham energi BEI atau IDX Sektor Energi turun 3,2%.
Tak ayal lagi, kejatuhan harga saham batu bara menyeret indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI ke zona merah, dengan penurunan 1,1% ke level 6.813. Saham ADRO menjadi pemberat IHSG dengan kontribusi 7,36, UNTR 6,3 poin, BUMI 3,73 poin, dan BYAN 3,4 poin. Adapun pemberat terbesar indeks kemarin adalah BBCA dan BBRI masing-masing 14,31 poin dan 9,9 poin.
Kemarin, asing masih melanjutkan net sell, kali ini sebesar Rp 432 miliar. Sepanjang 2023, asing sudah net sell Rp 877 miliar.
Bloomberg melaporkan, Tiongkok tengah mengkaji rencana pembukaan kembali impor batu bara dari Australia. Ekspor batu bara Australia ke Negeri Tirai Bambu sangat besar. Pada 2019 dan 2020, jumlahnya mencapai 84 juta ton dan 74 juta ton dan berkontribusi 30% terhadap total impor Tiongkok selama lima tahun terakhir.
Artinya, pembukaan impor batu bara Australia oleh Tiongkok akan berimbas negatif terhadap Indonesia Coal Price Index (ICI). Sebab, Tiongkok bisa kembali lagi mengakses batu bara dari pemain nomor satu dunia, yakni Australia.
Sementara itu, analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan menilai, kebijakan Tiongkok itu akan mengikis selisih harga batu bara di Bursa Newcastle Australia dengan ICI. Saat ini, harga batu bara Newcastle premium US$ 200 per ton dibandingkan ICI.
“Saya prediksi batu bara berkalori tinggi akan terimbas negatif regulasi ini, karena ada kompetisi ketat dari pemain Australia,” tulis Andreas dalam catatan harian.
Dia menilai, kebijakan itu sebenarnya tidak terlalu berimbas terhadap pemain batu bara nasional. Ke depan, dia memprediksi ICI tetap stabil. Adapun emiten yang bakal terkena dampak serius adalah Harum Energy, karena batu bara yang dihasilkan berkalori tinggi.
“Sebaliknya, dampak kebijakan itu ke PTBA minim, karena mayoritas penjualan dipasok ke pasar domestik,” kata dia.
Dia masih mempertahankan asumsi harga konservatif batu bara tahun ini sebesar US$ 280 per ton, turun dibandingkan rata-rata 2022 sebesar US$ 358 per ton. Sebab, ketegangan Rusia dan Ukraina mulai mereda dan permintaan kemungkinan turun akibat terjadinya resesi di beberapa negara maju.